2009年8月18日

Musium Chi Mei (奇美博物館)


Acara terakhir Refreshing Camp GRII Taipei, Silvia Winata bersama teman-teman berkunjung ke Musium Chi Mei yang berada di kawasan area industri di Tainan (Taiwan Selatan).


(Gedung Musium Chi Mei)


Musium ini sangat menarik, beragam dan memiliki banyak keunikan yang tidak dimiliki musium lainnya. Salah satu keunikannya yaitu musium ini bukan milik pemerintah namun merupakan musium pribadi milik Chi-Mei Industrial Corporation.


Pimpinan perusahaan Chi-Mei Industrial Corporation Hsu Wen-Long (許文龍) karena ingin mewujudkan impian masa kecilnya, pada tahun 1992 mulai membangun musium ini. Ia terkenal sebagai kolektor biola antik Stradivarius, Guameri, Gesu dan Nicolo Amati. Selain piawai menjalankan bisnisnya, Hsu Wen-Long juga pandai bermain biola. Karena cintanya pada musik begitu dalam dan ia ingin mengembangkan pemahaman musik klasik di Taiwan, pada tahun 1977 ia mendirikan Chi-Mei Cultural Foundation dan banyak memberikan beasiswa pada seniman yang berbakat.


Meskipun musium ini milik swasta, pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya, namun sebelum berkunjung harus terlebih dulu menelepon ke musium dan mengkonfirmasi waktu kunjungan. Satu lagi keunikan Musium Chi Mei yaitu pengunjung tidak diizinkan untuk memakai sandal. Walaupun gratis, bukan berarti “murahan”, karena musium ini menyediakan koleksi-koleksi yang terkenal di dunia. Majalah Forbes edisi Februari 1996 pernah mencatat Musium Chi Mei sebagai “satu dari koleksi seni di dunia yang paling mengejutkan.”


(Berfoto ria di depan Gedung Musium Chi Mei)


Ketika memasuki halaman Musium Chi Mei, kami terkagum-kagum dengan patung-patung pahatan yang terlihat begitu hidup dan indah dipandang. Patung-patung diletakkan di halaman dan pintu depan musium. Sesudah melihat-lihat ke dalam musium, tak lupa berfoto-foto ria di halaman musium.



Musium yang terletak di lantai 5-8 ini memiliki sangat banyak koleksi yang terdiri dari lukisan, benda antik, alat-alat musik, patung pahatan, senjata dan peralatan perang yang antik dan kuno, tiruan hewan dari berbagai benua dengan ukuran yang sebenarnya dan diperlengkapi dengan habitat asli hewan tersebut, sehingga kita dapat mengetahui budaya di negara lain dan peradaban di masa lampau.


Di lantai 5, selain merupakan area special exhibitions, kita juga dapat melihat berbagai koleksi seni pahat dan arca, perabot rumah antik bergaya Eropa dan berbagai lukisan seperti mosaic dari Roma kuno, lukisan bergaya Renaissance, Barok, Neoclassic dan ada juga lukisan dari Perancis.


Di lantai 6 adalah Animal Specimen dan tempat pameran alat musik, di sini terdapat banyak fosil pada zaman purba, dari fosil kita bisa mengetahui kebiasaan dan mengerti sejarah kehidupan hewan tersebut. Sungguh menarik sekali!


Selain itu juga terdapat alat-alat musik klasik Barat, alat musik tradisional, dan uniknya, setiap hari ada penjelasan serta pertunjukan alat-alat musik yang dapat secara otomatis memainkan musik, seperti orchestra mini namun tak ada pemainnya. Di Musium Chi Mei ruang B1 juga sering diadakan pertunjukan musik, baik berupa orkestra, vocal group, konser piano maupun opera.


Di lantai 6 juga ada perlengkapan perang seperti pedang, baju perang, tameng, dari yang bergaya Eropa, India, Persia, Afrika, Asia sampai pada samurai Jepang.


Di lantai 7 banyak benda bersejarah dari peradaban besar di masa lampau seperti Mesir, Yunani, Roma dan Tiongkok, dari perabot rumah, pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh raja-raja sampai yang dipakai oleh rakyat biasa. Beragam benda bersejarah ini membuat pengunjung bisa mengerti perkembangan budaya manusia.



Di lantai 8 ada berbagai tiruan hewan (ethnografic artifacts) dari berbagai benua di dunia dengan ukuran asli dan habitat lingkungannya (Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa, Australia, India, Antartika). Selain itu juga ada gambar penjelasan mengenai cara membuat tiruan hewan-hewan tersebut.


Sungguh musium ini lain dari pada yang lain bukan? Musium ini bukan hanya berisi lukisan, patung dan benda bersejarah, juga mengoleksi berbagai jenis hewan dan alat-alat musik yang langka, sehingga kita dapat memperdalam pengertian akan budaya manusia dari zaman lampau secara lebih menyeluruh.


Pepatah Tionghua mengatakan 百聞不如一見 (baca: Bai Wen Bu Ru Yi Jian), artinya daripada hanya mendengar banyak dari orang lain bercerita, lebih baik datang dan saksikan sendiri. (Silvia Winata/Dari Sdri. Juliana, Acara Seputar Taiwan/Foto: Chi Mei Museum)


Sumber rujukan :

http://www.chimeimuseum.com/

http://www.shiningcollection.com/musnat.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Chi-mei_Museum



Read more!

2009年8月17日

Wanita Taiwan Lebih Pandai Menabung!

(Kantor Pos Taipei di persimpangan Jalan Zhonghua dan Jalan Zhongxiao Barat, salah satu yang paling tua dan besar di Taiwan)

Dari laporan diketahui rupanya wanita Taiwan suka menabung, uang tabungannya di bank kantor pos lebih banyak satu lipat dari kaum pria. (Perlu diketahui kantor pos Taiwan diijinkan mengoperasikan usaha perbankan.) Menurut statistik, di Taiwan ada sekitar 30 juta nasabah bank kantor pos dan diantaranya nasabah wanita berjumlah 16 juta orang. Uang tabungan mereka lebih banyak NTD 1 triliun daripada kaum pria, dan usia nasabah wanita ini kebanyakan 40 tahun keatas tetapi belum mencapai usia 65 tahun. (Kurs 14 Agustus 2009, NTD 1 = Rp 302.)

Wanita diatas usia 40 tahun hingga 50 tahun adalah nasabah utama, sebanyak 3 juta 170 ribu orang. Nilai tabungan wanita yang berusia 50 tahun keatas dan masih belum sampai 60 tahun terbanyak, mencapai NTD 590 miliar lebih. Pemilik nilai deposito yang tertinggi kebanyakan nasabah wanita berusia 60-65 tahun, kebanyakan sudah pensiun, pukul rata setiap nasabah mempunyai deposito NTD 269.000.

Wanita Taiwan juga suka membeli asuransi jiwa, nilai jaminannya juga dua lipat lebih besar daripada yang dibeli kaum pria.

Mengapa wanita yang menabung uang di bank kantor pos lebih banyak dari pada kaum pria? Kalangan umum menganggap dikarenakan terutama mungkin terpengaruh kebanyakan ibu rumah tangga yang sejak dulu terbiasa menyimpan uang di bank kantor pos karena dianggap aman (Bank kantor pos adalah usaha milik negara.) Apalagi bagi yang sudah berusia lanjut lebih banyak yang menganggap demikian, juga tidak sedikit ibu yang membeli asuransi jiwa dan asuransi tabungan demi anaknya di bank kantor pos. (Mimi Susanti/Foto:Tsai I-Ta's Blog)


Read more!

2009年8月13日

Goresan Kilas Balik Temu Pendengar (2 Agustus 2009)

Pagi di Yogya memang terasa lebih sejuk dibandingkan Jakarta. Indahnya jalanan di depan hotel, hijaunya dedauan, dan asrinya suasana di sekeliling hotel, membuat kami semakin terpesona dengan Yogya. Ini adalah adalah salah satu surga kehidupan fana di Indonesia.

Sama dengan Jakarta, sebelum jam 9 tiba, sudah tampak beberapa peserta yang sudah lalu lalang di lobby hotel. Tak kenal, namun hati berbisik, ini dia peserta untuk sesi Yogya.

Yang berbeda untuk sesi Yogya adalah, semua hal kami serahkan kepada pihak hotel. Sehingga nyaris kelabakan, mengingat prosentase hadir cukup tinggi dibandingkan dengan Jakarta. Namun semua berjalan dengan lancar.

Yang uunik untuk kali ini, ibu Sulartri membawa rombongan yang menampilkan sajian tarian serta lagu. Jarang-jarang loh ada kesempatan menikmati sajian tradisional ini. Apalagi kami yang telah cukup lama merantau di negeri Formosa. Bagi ibu pimpinan RTI, ini adalah kali pertamanya menyaksikan atraksi tarian tradisional Indonesia. (Terimakasih bu Sulartri!)

Masukan dan saran dari peserta sesi Yogya sama banyaknya dengan di Jakarta. Mulai dari jam siar, gelombang pancar, bulletin, blog, situs internet danmasih banyak lagi lainnya.

Acara berjalan cukup santai dan relax, termasuk juga saat makan siang bersama. Ini adalah waktu yang cukup menyenangkan, mengingat dapat banyak berdiskusi dengan para peserta dalam ajang makan siang itu.

Waktu selama hampir 3 jam lebih itu, ternyata kurang cukup bagi para peserta. Namun mengingat rombongan RTI masih harus melanjutkan perjalanan, maka kegiatan diakhiri pada jam 1:30 siang, usai foto bersama.

Melaksanakan Temu Pendengar langsung di Indonesia, menjadi satu kenangan dan pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Walau masih banyak kekurangan dan juga hal-hal yang harus diperbaiki, namun kami yakin, untuk kegiatan di masa yang akan datang, RTI akan mempersembahkan yang lebih baik lagi dari yang sekarang.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua peserta Temu Pendengar yang telah meluangkan waktu untuk hadir, baik sesi Jakarta maupun Yogyakarta. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan atas bantuan yang telah diberikan kepada kami, khususnya Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan di Jakarta, Perusahaan Telekomunikasi Taiwan Mobile, Depkominfo, BNP2TKI, Antara, Kompas, dan juga Metro TV.

Sampai jumpa di lain kesempatan. (Tony Thamsir)

Read more!

Awas minyak Goreng McDonald’s dan Domino Pizza didapati mengandung Arsenik

Beberapa saat lalu di Taiwan diributkan masalah adanya kandungan arsenik pada minyak goreng yang digunakan oleh rumah makan cepat saji atau fastfood terkemuka McDonald’s dan Domino Pizza. Sebenarnya apa arsenik itu dan dampak apa yang bisa diberikan bagi tubuh manusia? Arsen, arsenik atau arsenikum adalah unsur kimia yang memiliki simbol As. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik - kuning, hitam dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida dan insektisida dan beragam aloy.

Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu.

Anggota Akademia Sinika Chen Chien Ren mengatakan, keracunan perlahan yang diakibatkan oleh arsenik, bisa mengakibatkan seluruh tubuh menderita sakit, sangat mengerikan, kalau dipastikan minyak goreng mengandung arsenik dalam kadar tinggi, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah membuangnya dan mengusut proses pembuatan dibagian hulu. Chen berpendapat, minyak goreng yang didapati mengandung arsenik, asalnya mungkin ada dua. Pertama, berasal dari makanan dan kedua, minyak goreng itu sendiri ada masalah, seharusnya diperiksa lebih lanjut.

Dikarenakan tubuh manusia tidak boleh menyerap arsenik berlebihan maka bagi para penggemar makanan cepat saji saya sarankan untuk berhati-hati, karena kita juga tidak tahu berapa lama pihak penjual menggantikan minyak goreng yang dipakainya. Kalau tidak sering menggantinya, ini mungkin bisa membahayakan kesehatan kita , karena menurut studi kalau terlalu banyak menyerap arsenik, bisa mengakibatkan kanker. (Tommy Hartono/Foto: CTS)


Read more!

2009年8月12日

Goresan Kilas Balik Temu Pendengar (1 Agustus 2009)

(Foto bersama)

Oaaahheemmm… sinar sang mentari secara diam-diam namun pasti memasuki kisi-kisi tirai jendela kamar hotel tempat kami menginap. Pagi indah yang cerah menyambut tim RTI yang sebenarnya masih terasa letih, karena semalam sibuk membungkus souvenir untuk pendengar.

Cepat-cepat kami bersiap, dan tak lama, kamar hotel diketuk dari luar. Luar biasa, bapak Lim Kwet Hian telah berdiri di depan pintu kamar. Langsung saja kami ajak untuk turun ke bawah dan makan pagi bersama.

Pak Kwet sebenarnya ingin sekali memberikan bantuan kepada kami. Bukan maksud kami meremehkan tawaran bantuan, namun karena kami merasa tidak enak hati untuk merepotkan para pendengar yang telah jauh-jauh datang untuk bertemu dengan RTI.

Cukup sibuk dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9. Banyak di antara peserta yang telah hadir dan mulai berkumpul di depan ruangan. Usai mempersiapkan meja penerima tamu, para pesertapun dipersilahkan untuk memasuki ruangan.

(Registrasi)

(Temu Pendengar sesi Jakarta)

(Penyerahan suvenir dari pendengar)

Kali pertama bagi RTI untuk menyelenggarakan Temu Pendengar di Indonesia. Walau jumlah peserta tidak sebanyak yang mendaftarkan diri, namun para peserta yang hadir sangat antusias dan menunjukkan dukungan yang besar kepada RTI.

Guna membantu RTI untuk mempererat tali persaudaraan, pelaksanaan TP di masa mendatang, maka kehadiran RTI Fans Club sangat dibutuhkan. Melalui dukungan dari para peserta yang hadir untuk sesi Jakarta, dipilihlah Bapak Eddy Setiawan sebagai ketua koordinator pembentukan RTI Fans Club Indonesia. (Kabarnya, Bapak Eddy Setiawan adalah sesepuh dalam hal SW Listeners, ini guyon loh pak…)

Masukan, kritikan, saran dan entah apa lagi namanya semuanya dikumpulkan pada hari itu juga. Hal ini tentu menjadi PR bagi RTI untuk dapat melakukan perbaikan dan meningkatkan mutu siaran. (Terima kasih sedalam-dalamnya bagi para peserta yang telah banyak memberikan masukan bagi RTI, tanpa anda, kami tidak akan ada). Tentu saja di sela-sela masukan, juga terdapat beberapa pendengar yang memberikan souvenir kenangan kepada RTI.


(Makan siang bersama)

Saya menggunakan kesempatan pada jam-jam terakhir usai makan siang untuk banyak berbicara dengan para peserta yang masih ingin terus berbagi pendapat. Banyak juga masukan yang saya dapatkan. Ini menjadi satu hal yang sangat penting artinya, tidak saja untuk saya sendiri, namun juga untuk RTI di masa yang akan datang. (Bravo, RTI SI Listeners)

Usai TP sesi Jakarta, ada satu perasaan “relax” dalam hati, karena lepas sudah salah satu beban di pundak yang ada selama beberapa bulan terakhir.

Kamipun bersiap-siap meninggalkan Jakarta untuk menuju Yogyakarta dengan pesawat Garuda Indonesia.

Kami tiba di Yogyakarta sekitar pukul 6:30 sore dan langsung menuju ke hotel tempat kami bermalam dan menyelenggarakan TP sesi Yogyakarta, Hotel Novotel.

Malam di Yogya terasa lebih sejuk dibandingkan kota Jakarta. Malam di kota pendidikan yang sarat dengan budaya kuno Jawa ini, kami lewati dengan makan nasi Gudeg khas Yogya yang dikenalkan oleh Tommy Hartono (Maklum, beliau dulunya sekolah di Magelang)

Sama seperti malam sebelumnya, kami segera kembali ke kamar hotel usai menikmati nasi gudeg. Karena kami kembali harus mempersiapkan souvenir untuk para peserta yang akan hadir esok.

Bersambung… (Tony Thamsir/Foto: arsip RTI)


Read more!

Goresan Kilas Balik Temu Pendengar (31 Juli 2009)

(Ramah tamah di rumah kediaman Mr. Yang Jing thian)

Setelah 52 tahun mengudara, RTI siaran Indonesia untuk pertama kalinya menggelar Temu Pendengar langsung di tanah air. Setelah melalui berbagai tahapan persiapan, tim RTI yang dipimpin langsung oleh ibu Alice Kao (Chairwoman of RTI), serta Mr. Chang (Chief of Bao Chung Station), Tony Thamsir dan Tommy Hartono (Staf RTI SI), bersama meninggalkan Taiwan dengan pesawat Eva Air pada tanggal 31 Juli 2009, untuk terbang langsung ke Jakarta, Indonesia.

Stres, khawatir, deg-degan, semuanya berkumpul jadi satu di udara, saat tim rombongan RTI ini berada di dalam pesawat. Bukan hal yang aneh memang, karena kegiatan ini sebenarnya telah direncanakan sejak tahun 2008. Semua staff RTI telah dikerahkan, semua pendengar setia juga telah dilibatkan, hingga Kantor Dagang & Ekonomi kedua negara, baik Taiwan maupun Indonesia, pihak Friend’s Travel di Jakarta dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Mungkin banyak yang tidak tahu, persiapan ini benar-benar telah membuat sibuk berbagai pihak. Misalnya souvenir untuk pendengar yang dikirim jauh-jauh hari sebelumnya, pengaturan perjumpaan dengan media Indonesia, pembuatan kartu undangan, pemesanan meeting room di hotel, pencarian sponsor dan masih banyak lagi.

Selama dalam perjalanan di udara, kami semua terus mendiskusikan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi serta cara penanganannya. Aneh memang, namun itulah kenyataannya. Kita khawatir acara Temu Pendengar dan kunjungan ke instansi tidak berjalan sesuai rencana.
Lima jam kemudian, tim rombongan tiba di Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta. Kita disambut oleh Kepala TETO (Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan), Mr. Yang Jing Thian, beserta staf. Setelah melalui prosedur keimigrasian, kamipun diantar hingga ke hotel Sari Pan Pacific, tempat tim RTI menginap dan menyelenggarakan kegiatan.

Malamnya, kami diundang untuk makan malam serta menikmati sajian penampilan kesenian music tradisional Tiongkok di rumah kediaman Kepala TETO di kawasan Kuningan, Jakarta.

(Penampilan kesenian musik tradisional Tiongkok)

(Ibu Alice Kao memberikan Suvenir kepada Kepala TETO, Mr. Yang Jing Thian)

Usai pertemuan di Kuningan, kamipun kembali ke hotel untuk memulai pekerjaan: Membungkus souvenir untuk pendengar yang akan dibagikan kepada para peserta TP sesi Jakarta, 1 Agustus 2009. Hari pertama yang kami lewati dengan lancar, dan berdebar menunggu hari esok.

Bersambung…
(Tony Thamsir/Foto: arsip RTI)

Read more!